Cerpen merupakan genre sastra yang jauh lebih muda usianya dibandingkan
dengan puisi dan novel. Tonggak penting sejarah penulisan cerpen di
Indonesia dimulai Muhamad Kasim dan Suman Hasibuan pada awal 1910-anCerpen
merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa
(konflik tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara
tuntas dan utuh. Awal cerita (opening) ditulis secara menarik dan
mudah diingat oleh pembacanya. Kemudian, pada bagian akhir cerita
(ending) ditutup dengan suatu kejutan (surprise).
Menurut Phyllis Duganne, seorang wanita penulis dari Amerika, cerpen
ialah susunan kalimat yang merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian
tengah, dan akhir. Setiap cerpen mempunyai tema, yakni inti cerita
atau gagasan yang ingin diucapkan cerita itu. Seperti halnya
penamaannya, cerita pendek, cerpen ialah bentuk cerita yang dapat dibaca tuntas dalam sekali duduk.
Menurut Edgar Alan Poe (yang dianggap sebagai tokoh cerpen modern), ada lima aturan penulisan cerpen, yakni sebagai berikut.
1. Cerpen harus pendek. Artinya, cukup pendek untuk dibaca dalam sekali
duduk. Cerpen memberi kesan kepada pembacanya secara terus-menerus,
tanpa terputus-putus, sampai kalimat yang terakhir.
2. Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik.
Sebuah cerpen yang baik mempunyai ketunggalan pikiran dan action yang
bisa dikembangkan lewat sebuah garis yang langsung dari awal hingga
akhir.
3. Cerpen harus ketat dan padat. Cerpen harus berusaha memadatkan setiap
gambaran pada ruangan sekecil mungkin. Maksudnya agar pembaca
mendapatkan kesan tunggal dari keseluruhan cerita.
4. Cerpen harus tampak sungguhan. Seperti sungguhan adalah dasar dari
semua seni mengisahkan cerita. Semua tokoh ceritanya dibuat sungguhan,
berbicara dan berlaku seperti manusia yang betul-betul hidup.
5. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas. Selesai membaca cerpen,
pembaca harus merasa bahwa cerita itu betul-betul selesai. Jika ujung
cerita masih terkatung-katung, pembaca akan merasa kecewa.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai
karya sastra, unsure-unsur yang secara faktual
dapat dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam
karya sastra, khususnya cerpen, meliputi tokoh/ penokohan, alur (plot),
gaya bahasa, sudut pandang, latar (setting), tema, dan amanat.
Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik.
1. Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati
posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita
mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan
pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh
protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan
pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan
terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh
protagonis.
Ada beberapa cara penggambaran karakter tokoh dalam cerpen, di antaranya sebagai berikut.
Melalui apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
sang tokoh bersikap dalam situasi ketika tokoh harus mengambil
keputusan.
Contoh:
Dengan terburu-buru Wei meninggalkan kota, dan peristiwa itu tak lama
kemudian sudah terlupakan. Ia lantas pergi ke barat, ke ibu kota, dan
karena dikecewakan oleh pinangan terakhir yang gagal itu, ia
mengesampingkan pikirannya dari hal perkawinan. Tiga tahun kemudian, ia
berhasil meminang seorang gadis dari keluarga Tan yang terkenal
kebaikannya di dalam masyarakat.
Sumber: Cerpen "Sekar dan Gadisnya", Ryke L.
Melalui ucapan-ucapan tokoh. Dari apa yang diucapkan tokoh kita dapat mengetahui karakternya.
Contoh:
Sumber: Dokumentasi Pribadi Buku kumpulan cerpen Malaikat Tak Datang Malam Hari karya Joni Ariadinata.
"Apa yang tidak Ibu berikan padamu? Ibu bekerja keras supaya bisa
menyekolahkanmu. Kau tak punya kewajiban apa-apa selain sekolah dan
belajar. Ibu juga tak pernah melarangmu melakukan apa saja yang
kau sukai. Tapi, mestinya kamu ingat bahwa kewajiban utamamu adalah
belajar. Hargai sedikit jerih payah Ibu!" Di luar dugaannya anak itu
menatapnya dengan berani. "Ibu tak perlu susah payah menghidupi aku
kalau Ibu keberatan. Aku bisa saja berhenti sekolah dan tidak usah
menjadi tanggungan Ibu lagi." Darah Sekar –ibu anak itu–serasa naik ke
ubun-ubun.
Sumber: Cerpen "Sekar dan Gadisnya", Ryke L.
Melalui penjelasan langsung. Dalam hal ini penulis menggambarkan secara langsung karakter tokoh.
Contoh:
Memang, sebenarnya, semenjak dia datang, kami sudah membenci dia. Kami
membenci bukan karena kami adalah orang-orang yang tidak baik, tapi
karena dia selalu menciptakan suasana tidak enak. Perilaku dia sangat
kejam. Dalam berburu dia tidak sekadar berusaha untuk membunuh, namun
menyiksa sebelum akhirnya membunuh. Maka, telah begitu banyak binatang
menderita berkepanjangan, sebelum akhirnya dia habiskan dengan kejam.
Cara dia makan juga benar-benar rakus. Bukan hanya itu. Dia juga suka
mabuk-mabukan. Apabila dia sudah mabuk, maka dia menciptakan suasana
yang benar-benar meresahkan dan memalukan. Dia sering meneriakkan
kata-kata kotor, cabul, dan menjijikkan.